Kamis, 29 Oktober 2009

GUNUNG CEREMAI



Gunung Ceremai, bukan Ciremai! secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni  Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan  laut. Gunung ini memiliki  kawah ganda, yaitu kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kawasan ini termasuk dalam Taman Nasional Gunung Ceremai dengan luas  total sekitar 15.000 ha.
Nama Ceremai ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus,yaitu  sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam. Nama gunung yang termasuk gunung api Kuarter aktif, tipe A (gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentukstrato ini seringkali disebut Ciremai, barangkali  sebutan ini disamarkan dengan banyak nama di Jawa Barat yang berawalan dengan sebuta ci-.

Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang terpisah dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu.
Jalur pendakian menuju puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kabupaten Kuningan, dan Desa Apuy di Kabupaten. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara.
Hutan yang masih alami di Gunung Ceremai hanya tersisa di bagian atas. saja. Sedang kan di bagian bawah yang dashulu dikelola sebagai hutan produksi sudah disulap menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), sebagiannya lagi tinggal semak belukar yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.
Jika kita mendaki ke puncak gunung ini, secara berurutan kita akan menjumpai tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan akhirnya kita akan disambut oleh wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) lingkungan Ciremai ini dibedakan atas dua model linfgkungan, yaitu dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering., seperti, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah,  sedangkan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.. Hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Berdasar penelitian yang telah dilakukan terdapat kira-kira  12 spesies kodok dan katak, berbagai jenis reptil, lebih dari 95 spesies burung, dan lebih dari 20 spesies mamalia (Kelompok Pecinta Alam Lawalata IPB, April 2005).

GUNUNG GEDE PANGRANGO


Gunung Gede merupakan  gunung yang sangat populer di kalangan pecinta alam terutama yang berdomisisli di sekitarnya. Selain praktis dan cukup mudah untuk dikunjungi, kawasan ini menjadi tempat peleas kejenuhan yang sangat mengasyikkan.  Gunung  yang berada di pulau Propinsi Jawa Barat ini berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango. Terletak diantara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18°c dan di malam hari suhunya bisa turun drastis hingga mencapai  5°c, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah Cibodas dan Cipanas.
Gunung Gede mempunyai keadaan alam yang khas dan unik, hal ini menjadikan Gunung Gede sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.
Gunung Gede juga memiliki keanekaragaman ekosistem. Gunung Gede terkenal kaya akan berbagai jenis burung diantaranya  adalah elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae).Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun  1977.
Kawasan ini juga merupakan objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional.
Beberapa objek yang menarik untuk dikunjungi antara lain: 
  • Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
  • Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat..
  • Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur, Sukabumi, dan Bogor terlihat dengan jelas, atraksi lain  yang menarik adalah pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute Cibodas atau Salabintana..


GUNUNG SALAK





Gunung salak merupakan salah satu objek pendakian yang cukup menantang bagi yang suka petualangan. Bagi anak-anak muda sekitar kota Bogor, sejak tahun 70-an lereng gunung salak yang penuh dengan tanaman nenas sudah menjadi tempat idaman untuk bertualang di hari libur. Selain alamnya yang indah, ya itu tadi ... di sana tersedia buah nenas segar yang melimpah.

Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak geografis puncak gunung ini ialah pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Secara administratif, Gunung Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur pendakian. Puncak yang paling sering didaki adalah puncak II dan I. Jalur yang paling ramai adalah melalui Curug Nangka, di sebelah utara gunung. Melalui jalur ini, orang akan sampai pada puncak Salak II.
Puncak Salak I biasanya didaki dari arah timur, yakni Cimelati dekat Cicurug. Salak I bisa juga dicapai dari Salak II, dan dengan banyak kesulitan, dari Sukamantri, Ciapus.
Jalur lain adalah ‘jalan belakang’ lewat Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu dekat Gunung Bunder.
Selain itu Gunung Salak lebih populer sebagai ajang tempat pendidikan bagi klub-klub pecinta alam, terutama sekali daerah punggungan Salak II. Ini dikarenakan medan hutannya yang rapat dan juga jarang pendaki yang mengunjungi gunung ini. Juga memiliki jalur yang cukup sulit bagi para pendaki pemula dikarenakan jalur yang dilewati jarang kita temukan cadangan air kecuali di Pos I jalur pendakian Kawah Ratu, beruntung di puncak Gunung ( 2211 Mdpl ) ditemukan kubangan mata air.Gunung Salak meskipun tergolong sebagai gunung yang rendah, akan tetapi memiliki keunikan tersendiri baik karakteristik hutannya maupun medannya.
Salah satu panorama alam yang indah di sini adalah Kawah Ratu. Berada di lereng puncak Gunung Salak 1 dan di tengah hutan yang relatif masih baik. Untuk menuju tempat ini, dapat melalui jalur Cangkuang atau melalui Pasir Reungit, Gunung Bunder. Di lokasi ini pendaki harus berhati-hati, tjangan terlalu lama dan terlalu dekat dengan sumber-sumber uap panas, karena setiap saat dapat  mengeluarkan gas-gas beracun yang sangat berbahaya.
Hutan di Gunung Salak terdiri dari hutan pegunungan bawah (submontane forest) dan hutan pegunungan atas (montane forest).
Bagian bawah kawasan hutan, semula merupakan hutan produksi yang ditanami Perum Perhutani. Beberapa jenis  pohon yang ditanam di sini adalah tusam (Pinus merkusii) dan rasamala (Altingia excelsa). Kemudian, sebagaimana umumnya hutan pegunungan bawah di Jawa, terdapat pula jenis-jenis pohon puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis sp.), pasang (Lithocarpus sp.) dan aneka jenis huru (suku Lauraceae).
Di hutan ini, pada beberapa lokasi, ditemukan pula jenis tumbuhan langka yang bernama Rafflesia rochussenii.
Aneka margasatwa  yang bisa ditemukan di lingkungan Gunung Salak antara lain kodok, katak, reptil, burung dan mamalia. Berbagai jenis reptil seperti kadal dan ular juga sering dijumpai di kawasan ini, mulai dari bunglon (Brochocela jubata dan B. cristatella), kadal kebun (Mabuya multifasciata)  dan biawak sungai (Varanus salvator). Jenis-jenis ular di Gunung Salak belum banyak diketahui, namun beberapa di antaranya adalah ular tangkai (Calamaria sp.) ,lar siput (Pareas carinatus) hingga ular sanca kembang (Python reticulatus) yang panjangnya bisa mencapai beberapa meter.
Gunung Salak juga merupakan daerah yang kaya burung, Beberapa jenis yang cukup penting dari gunung ini ialah elang jawa (Spizaetus bartelsi) dan beberapa jenis elang lain, juga terdapat ayam hutan-merah (Gallus gallus), dan burung kuda (Garrulax rufifrons).
Mamalia yang pernah ditemukan, antara lainmacan tutul (Panthera pardus), owa jawa (Hylobates moloch), lutung surili (Presbytis comata) dan tenggiling (Manis javanica).




.